Text

Selasa, 22 April 2014

Remember When.

Apapun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada disana, menunggumu mengakui keberadaannya..

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan kehidupanku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?

Lalu, saat kita berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-kata itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?

"Aku mencintaimu," kataku, juga katamu. Mengertikah kau apa artinya?
Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?

Takdir kita sudah jelas, kau, aku, tahu itu.

Minggu, 20 April 2014

Thank's Teluk Ijo nyaa, AA :))

Aku nggak pernah merasa sebebas ini sebelumnya. Kayak burung yang baru pertama dikeluarin dari sangkar. Akhirnya aku bisa ngerasain udara bebas di luar sana. Akhirnya bisa tau tempat diluar sana. Akhirnya bisa ngelepas pikiran meski cuma sementara. Akhirnya bisa merasakan ikatan yang nggak pernah dirasakan sebelumnya. Akhirnya bisa merasakan kebersamaan yang nggak pernah aku dapat sebelumnya. Akhirnya bisa menikmati kekeluargaan yang sebenarnya. Akhirnya bisa menjadi diri sendiri yang sebenarnya. Akhirnya bisa menemukan yang pas dengan diri yang sebenarnya.

Thank’s for everything, AA.

Kita bukan sahabat. Kita nggak pernah yang namanya curhat bareng-bareng.Tapi kita juga bukan hanya sekedar teman, karena kita memiliki perasaan yang jauh lebih dari itu. Aku bilang, kita keluarga. Hari-hari biasa, kita nggak selalu kuliah bareng. Hanya bertemu sesekali. Dan cukup dengan sapaan hangat kalo ketemu. Cuma WA yang menyatukan kita semua di hari-hari biasa. Aku sendiri nggak pernah merasa kesepian, atau galau, atau stres, atau apalah semenjak ada grup kita di WA. Ada aja yang dibuat bahan pembicaraan. Gojlokan, bercandaan, bullyan.

Dengan asal yang berbeda-beda, kita menjunjung tinggi semboyan bangsa, bhinneka tunggal ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Saling mengerti dan memahami satu sama lain. Aku nyaman dengan kalian.

Ada yang bilang, “ini caranya menikmati hidup”, kata Mas Nofal. Iya, aku udah bisa menemukan itu, dengan kalian.

Untuk pertama kalinya aku ikut acara rutin AA. Dari namanya AA (Accounting Adventure), kami ini sekumpulan anak akuntansi yang suka jalan-jalan. For these three days, we done for Green Bay.  Yap. Never forget that time. I can say nothing. Just want to say, “thanks, for making my day.” I never felt this way before. I just hope, we can spend some times later.

Untuk kalian, ini kenangan untuk Teluk Ijo,

Mas Dio, pak pengayom yang sudah mem-pamit-kan dan nggonceng aku bwi-jember-bwi. 

Mas Iqbal, pak spesialis tikung yang selalu jadi ketua agenda nya AA.

Mas Nofal, mas paling perhatian dan sangat mengerti aku yang gonceng aku teluk ijo-genteng.

Cici, sahabat,  teman tidur sekamar terkoplak yang paling klop.

Mas Lucha, pak tukang ngebut yang keliatannya cuek tapi care nya luar biasa ke aku.

Mas Rozy, penagih pulsa yang selalu nempel cici.

Mas Adit, yang kadang diem tapi sekalinya ngomong langsung bikin orang ketawa.

Mbk Khusnul, yang jadi tuan rumah penampung AA kalo ke BWI.

Mbk shella, mbak anggun yang jadi tuan rumah juga.

Mbak Denok, anak AA yang paling sering guyon garing dan dibully.

Mas Agung, Pak mantan ketum yang kalo nyetir horor.

Putri, pendatang baru pasangannya Mas Agung yang selalu dimanjain.

Mas Syiva, Mas Anggun yang paling senada warna motor, helm, jas hujan, dan orangnya (ngawur mas Lucha yang ngomong).

Mbak Fika, yang kecil imut-imut tapi pikirannya "mendewasai" banget.

Mas Eza, pak mantan co ku yang paling rempong padahal cowok (kata Mas bob).

Mbak Reza, yang paling diem diantara kita semua.

Mas Yudha, anak kediri yang suka nya gojloki orang.

Mbak Sherly, ex-nya mas yudha yang mesti eker2an kalo di WA yang sepertinya akan come back.
 
Mbak Rahayu, yang mesti guyonan bully2an sama mas Nofal.

Mas Nata, pak Habib yang hobby dibully anak-anak.
 
Mas Bubu, mas gendut unyu-unyu yang kemarin nggak bisa ikut.

Kalian luar biasa. Thank’s for everything you gave to me, AA. ILU ({})